Pembangnan Masjid Al-Iman Desa Raterua Kecamatan Ende Utara, sangat kental dengan semangat toleransi. Hal ini terlihat dari keterlibatan 4 (empat) tokoh agama saat melakukan peletakan batu pembangunan masjid tersebut. Ke-empat tokoh agama tersebut masing-masing: Ketua MUI, Jamal Humris, Pastor Paroki St. Yoseph Onekore, Pater Herman Sina SVD, Pendeta GMIT Syaloom Marthen O. Raga dan Ketua Perhimpunan Hindu Dharma Indonesia Cabang Ende, Suparman.
Terkait kerukunan dan toleransi umat beragama di daerah ini Bupati Ende Marselinus Y. W. Petu memberikan apresiasi atas kehadiran dan keterlibatan tokoh-tokoh agama baik dari Islam, Katolik, Protestan dan Hindu pada kegiatan peletakan batu pertama pembangunan masjid Pu’umbara ini.
Ia mengakui masyarakat Kabupaten Ende tidak akan terjebak dengan berbagai permasalahan walaupun berbagai pihak ingin memecah belah kerukunan yang ada dengan sengaja melontarkan isue SARA. Ini ia katakan mengingat hampir semua masyarakat di wilayah ini mempunyai hubungan pertalian darah sehingga sangat sulit untuk di adu domba.
Perbedaan yang ada kata Bupati bukan untuk diperdebatkan atau menjadi perpecahan, tetapi perbedaan yang dimiliki masyarakat di wilayah ini justru menjadi sebuah kekuatan untuk membangun Kabupaten Ende menuju masyarakat yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan.
“Kabupaten Ende, perbedaan itu ialah kekayaan kita, yang lebih hebat lagi di kabupaten Ende perbedaan itu menjadi modal untuk kerukunan dan kebersamaan hidup kita. Ini karena kita semua memiliki pertalian darah yang sangat kuat, disitulah menjadi kekuatan bagi kita, distulah menjadi kebersamaan bagi kita, disitu menjadi ikatan emosional bagi kita untuk sama-sama bekerja dan bekerja bersama-sama”, ujarnya.
Lukman salah sorang warga Desa Raterua yang dikonfirmasi terkait keterlibatan empat tokoh agama dalam kegiatan peletakan batu pembangunan masdjid Pu’umbara mengatakan, sebagai warga masyarakat ia melihat keterlibatan empat tokoh agama khususnya tokoh agama Katolik, Protestan dan Hindu merupakan peristiwa yang jarang terjadi bahkan boleh dikatakan langka. Peristiwa hari ini sebenarnya mau menunjukan kepada masyarakat luas bahwa sebenarnya Kabupaten Ende memang layak kalau dikatakan sebagai kota Pancasila.
“Kita sudah lihat bersama bagaimana bapak pastor, pendeta dan perwakilan dari agama Hindu bersama dengan ketua MUI meletakkan batu untuk membangun masjid ini, jadi ini mau menunjukkan kalau kita benar-benar hidup dengan semangat toleransi, jadi sangat pantas kalau kota kita dikatakan kota pancasila”, ujarnya. (Humas Ende,Helen Mei (eln))