Headline

.

  • MOHON MAAF BLOG HUMAS ENDE SUDAH GANTI ALAMAT BLOG..SILAKAN KUNJUNGI BLOG HUMAS PROTOKOL YANG BARU DENGAN ALAMAT : (KLIK GAMBAR) https://humasprotokolende.blogspot.com

Senin, 11 April 2016

DELAPAN MASALAH POKOK JADI PERHATIAN SERIUS

Dalam melaksanakan pembangunan di wilayah ini ada delapan permasalahan pokok dan mendesak yang dialami pemerintah kabupaten Ende, karena hal ini berhubungan dengan pencapaian Program Pembangunan Daerah atau Rancangan Prioritas utama Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2014-2019. Bupati Ende Marselinus Y. W. Petu menyampaikan ini di hadapan peserta Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Ende di lantai 2 Kantor Bupati Jln. Eltari Rabu (30/3).
Menurut Bupati Marsel Petu. Secara teknis permasalahan pokok ini merupakan simpul dari berbagai permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintah berdasarkan evaluasi kinerja pembangunan tahun-tahun sebelumnya.

Permasalahan-permasalahan pokok yang sampai saat ini menjadi persoalan untuk kemudian dicarikan solusinya secara bersama-sama demikian Bupati Marsel seperti masih terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan  terutama di daerah terpencil dan pedalaman, persebaran penduduk terpusat di wiyah perkotaan yaitu sebesar 34,43 persen yang berimplikasi pada tingginya resiko sosial seperti pengangguran, kriminalitas dan keterbatasan ketersediaan tenaga kerja produktif di perdesaan. 

Disamping itu permasalahan lainnya kata Bupati, seperti pertumbuhan ekonomi belum menunjukkan keseimbangan antar wilayah secara proporsional. Dimana untuk masalah ini data menunjukan bahwa kurang lebih 58,86 persen PDRB Kabupaten Ende disumbangkan 4 (empat) wilayah perkotaan. Hal ini katanya lagi akan mempengaruhi keseimbangan distribusi pendapatan masyarakat perdesaan dan perkotaan. 

Jelasnya, masalah lainnya seperti sektor pertanian yang merupakan sektor dominan dan merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak (47,79% angkatan kerja) dari sisi produksi belum memberikan nilai tambah yang signifikan, kelembangan perekonomian perdesaan belum berjalan dengan baik, sehingga berakibat pada rendahnya posisi tawar petani dalam pemasaran, terbatasnya dukungan infrastruktur jalan dan ketersediaan energi listrrik terutama pada daerah produktif serta terbatasnya ketersediaan jaringan air bersih untuk pemenuhan layanan dasar masyarakat terutama di wilayah perdesaan.

Menyikapi permasalahan-permasalahan pokok tersebut jelasnya lagi, maka dirinya bersama wakil Bupati Djafar Achmad  melaksanakan pembangunan berdasarkan 6 (enam) karateristik masyarakat di wilayah ini. 

Ke-enam karateristik masyarakat tersebut masing-masing Tedo Tembu Wesa Wela (Pertanian), Gaga Boo Kewi Ae (Perkebunan dan Kehutanan), Peni Nge Wesi Nuwa (Peternakan), Weke Togi Soro Sai (Perikanan/Kelautan ), Teka Laku Daga Geti (Perdagangan, Industri, Koperasi, UMKM) dan Wenggo Nuwa Nena Ola (Membuat Kampung Jadi Indah/Berseri-Pariwisata Lokal). 

Tuturnya,  kebijakan pembangunan wilayah ini adalah optimalisasi peran dan tanggungjawab seluruh komponen masyarakat yang dikenal dengan  model segitiga membangun Kabupaten Endde, meliputi segitiga pendekatan, segitiga kemitraan dan segitiga kekuatan bekerja.

Sedangkan program pembangunan yang memjadi fokus perhatian tuturnya lagi adalah, Tri warna Program (Tiwu Telu) yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi  didukung dengan program-program penunjang lainnya seperti Infrastruktur dan Lingkungan Hidup, serta Penataan Birokrasi, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat, Hukum, HAM, Keamanan dan ketertiban. (Humas Ende/Helen Mei (eln))