Headline

.

  • MOHON MAAF BLOG HUMAS ENDE SUDAH GANTI ALAMAT BLOG..SILAKAN KUNJUNGI BLOG HUMAS PROTOKOL YANG BARU DENGAN ALAMAT : (KLIK GAMBAR) https://humasprotokolende.blogspot.com

Jumat, 05 Juni 2015

KARYA SENI DAN BUDAYA ENDE PRODUK INKULTURASI DAN AKULTURASI



Keberadaan karya seni budaya Kabupaten Ende, baik yang bersumber pada seni tradisi budaya lokal maupun berbagai bentuk karya budaya baru, merupakan produk dari proses inkulturasi maupun akulturasi yang terjadi selama ini sebagai ekses dari hakikat Ende yang inklusif, terbuka bagi siapapun, bertikad dan bersahabat baik dengan semua orang dalam kadar relasi dan toleransi yang tak bersekat. Bupati Ende, Marselinus Y. W. Petu mengatakan ini pada kegiatan Pagelaran Seni Budaya di  Lapangan Pancasila ( Sabtu, 31/05/15).

Menurut Bupati Marsel, keterbukaan masyarakat Kabupaten Ende merupakan modal dasar yang tetap terjaga, terwaris secara alami dam diaplikasikan dalam kehidupan nyata dari generasi ke generasi. Keterbukaan dan mau bersahabat dengan semua orang inilah kata Bupati, meyebabkan Ir. Soekarno dalam pengasingannya di Ende selama kurun waktu 1934 s/d 1938 tidak pernah merasa sendiri serta tidak pernah merasa di daerah asing dan tidak pernah merasa dikucilkan. Namun sebaliknya katanya lagi di tempat inilah Soekarno menggagas ide, merancang strategi bagaimana negara ini harus dibangun dn meletakan negara ini pada podansi yang kokoh hingga tegak berdiri seperti sekarang ini.
 
Ia menuturkan Ende yang terpencil justeru telah menjadi medan kerja, untuk berkarya bagi sang proklamator, karena di tempat ini jiwa perjuangan, nasionalisme, idealisme sang pejuang bersatu dan menemukan habitatnya, melebur dan sinergis dalam atmosfir Ende yang terbuka, sederhana, jujur dan apa adanya. ”Jadi saat itu Ende dipilih sebagai tempat pengasingan Bung Karno, karena Ende dinilai sebagai daerah terpencil, terisolir, tetapi justeru di tempat inilah menjadi tempat yang ideal bagi bung Karno untuk berkarya dan jiwa nasionalisme melebur dan sinergis degan atmosfir Ende yang terbuka dan penuh keruknan’ujarnya.

Ia menambahkan, apa yang telah dicapai Ende dan masyrakatnya masa lalu merupakan sebuah karya monumental yag berproses dalam keheningan, kesederhanaan dan nurani yang bersih dan memandang sesama sebagai saudara dalam konteks mengisi hidup melalui karya produktif bagi orang lain. (Humas Ende, Helen Mey (eln) )