Keberadaan karya seni budaya Kabupaten
Ende, baik yang bersumber pada seni tradisi budaya lokal maupun berbagai bentuk
karya budaya baru, merupakan produk dari proses inkulturasi maupun akulturasi
yang terjadi selama ini sebagai ekses dari hakikat Ende yang inklusif, terbuka
bagi siapapun, bertikad dan bersahabat baik dengan semua orang dalam kadar
relasi dan toleransi yang tak bersekat. Bupati Ende, Marselinus Y. W. Petu
mengatakan ini pada kegiatan Pagelaran Seni Budaya di Lapangan Pancasila ( Sabtu, 31/05/15).
Ia menuturkan Ende yang terpencil
justeru telah menjadi medan kerja, untuk berkarya bagi sang proklamator, karena
di tempat ini jiwa perjuangan, nasionalisme, idealisme sang pejuang bersatu dan
menemukan habitatnya, melebur dan sinergis dalam atmosfir Ende yang terbuka,
sederhana, jujur dan apa adanya. ”Jadi saat itu Ende dipilih sebagai tempat
pengasingan Bung Karno, karena Ende dinilai sebagai daerah terpencil,
terisolir, tetapi justeru di tempat inilah menjadi tempat yang ideal bagi bung
Karno untuk berkarya dan jiwa nasionalisme melebur dan sinergis degan atmosfir
Ende yang terbuka dan penuh keruknan’ujarnya.
Ia menambahkan, apa yang telah dicapai
Ende dan masyrakatnya masa lalu merupakan sebuah karya monumental yag berproses
dalam keheningan, kesederhanaan dan nurani yang bersih dan memandang sesama
sebagai saudara dalam konteks mengisi hidup melalui karya produktif bagi orang
lain. (Humas Ende, Helen Mey (eln) )