Ikrar jadi pengikut Tuhan secara lebih khusus ini, lahir dari pertimbangan kematangan kemampuan guna dapat menerima segala konsekuensi moral, legal dan religius yang secara sadar dibuat di hadapan Tuhan. Keberanian mengambil keputusan untuk menerima segala konsekuensi menjadi hal utama dalam diri seorang Imam ketika secara sukarela memantapkan diri bekerja di ladang Tuhan. Wakil Bupati Ende, Drs. H. Djafar H. Achmad,MM mengatakan ini saat menyampaikan sambutan pada acara Misa Perdana RD. Yuastinus octovianney Dua di aula Gereja Imaculata Ndona, (Senin,30/1).
Menurut Wakil Bupati Djafar Achmad, Ketika seorang anak manusia memantapkan diri untuk menerima panggilan Tuhan menjadi pengikutnya secara khusus, disitullah sebenarnya Tuhan sungguh bekerja. Karena melalu peristiwa penthabisan 20 Januari lalu para imam khususnya Romo Yustianus Oktovianney Dua dengan sukacita telah mengikrarkan janjinya untuk secara sukarela melakukan tindakan yang lebih sempurna.
Untuk ketetapan hati yang sungguh luar biasa ini, demikian Wabup, dirinya bersama Bupati Marselinus Y. W. Petu atas nama pribadi, keluarga dan masyarakat kabupaten Ende menyampaikan proficiat kepada Romo Yustianus Octovianney Dua yang telah menyanggupkan diri menerima dan menjawab panggilan Tuhan untuk selama-lamanya akan hidup dalam semangat persaudaraan cinta kasih sesuai spiritualitas pelayanan yang akan dijalani seumur hidupMenjadi seorang imam ditengah era globaliasasi demikian Wabup Djafar, memang bukan hal yang mudah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang perlahan-lahan menguasai hidup manusia secara langsung maupun tidak langsung telah melahirkan individu-individu yang lebih menunjukan ke-Aku-annya sehingga sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar.
Tambahnya, nilai-nilai kebebasan seolah-olah menjadi pembenaran untuk melakukan segala sesuatu tanpa lagi mempertimbangkan hal ini “layak atau tidak dan beretika atau tidak”. Hal ini tentunya menjadi tantangan tidak saja bagi kaum Imam tetapi juga bagi kami pemerintah.
Kehadiran Imam dalam misi pelayanan ini, tambahnya lagi, diharapkan mampu menjadi fasilitator yang baik untuk menuntun dan mengarahkan umat manusia agar berjalan sesuai rel-rel kekatolikan yang selalu mengedepankan etika dan cinta kasih seturut teladan Yesus Kristus.(Humas Ende/Helen Mei (eln))