Headline

.

  • MOHON MAAF BLOG HUMAS ENDE SUDAH GANTI ALAMAT BLOG..SILAKAN KUNJUNGI BLOG HUMAS PROTOKOL YANG BARU DENGAN ALAMAT : (KLIK GAMBAR) https://humasprotokolende.blogspot.com

Jumat, 05 Februari 2016

USKUP SENSI; ADA TIGA MODEL URGENSI DALAM PEMBANGUNAN

“Saya melihat dan menilai ada tiga urgensi dalam pembangunan khususnya dalam kegiatan peletakan batu pertama kantor Klasis Flores ini, Yang pertama urgensi histori, penyadaran dan pemimpin agama”ujar Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsensius Potokota pada saat menyampaikan sambutan pada kegiatan Peletakan Pembangunan Pertama Pembangunan Kantor Klasis Flores di jln Gatot Soebroto, Jumat (29/1).

Uskup Sensi menjelaskan, urgensi histori karena ia melihat peristiwa peletakan batu pertama kantor Klasis Flores ini merupakan peristiwa bersejarah karena sejak sekian tahun dibentuknya klasis Flores belum ada kantor permanen untuk melayani kebutuhan jemaat dan ini juga sebagai pesan Tuhan. Urgensi  penugasan dan perutusan gereja-gereja menjadikan moment ini sebagai penyadaran bagi gereja-gereja akan tantangan dunia sebagai akibat dari makin maju dan pesatnya informasi dan teknologi di era globalisasi ini.  “Peristiwa ini sebenarnya mau memberikan kesadaran bagi kita gereja-gereja akan tantangan yang globalisasi sehingga kita tidak menjadi budak di negeri kita sendiri” pungkas Uskup Sensi.

Menurut Uskup Sensi, menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), institusi keagamaan perlu bermitra dengan pemerintah dan pelbagai elemen demi peningkatan mutu bangsa. MEA ini menuntut masyarakat (umat) untuk harus siap sehingga tidak tetinggal. 

urgensi pemimpin agama menurutnya, bahwa kehadiran pemimpin agama hendaknya lebih diarahkan kepada aspek pelayanan. “Para uskup, pendeta, imam, ulama merasa terpanggil berusaha menyiapkan  bangsa ini menyambut tantangan global yang tidak bisa kita hindari. Kami memacu mutu bangsa ini sehingga bisa bersaing di dunia global”ujarnya.

Ia sepakat dengan apa yang disampaikan pendeta Jeni bahwa yang terpenting dengan dibangunnya kantor Klasis ini menjadi kantor pelayanan yang benar-benar melayani.  Bukan soal volume fasilitas yang dibangun melainkan kantor ini hadiri benar-benar untuk sebuah pelayanan. 

“tantangan bagi kita pemimpin agama untuk bagaimana menghargai seluruh pengorbanan umat yang telah  apa adanya yang mereka miliki bagi pembangunan  fasilitas-fasilitas keagamaan, sehingga kita tidak menyia-nyiakan pengorbanan mereka dengan memberikan pelayanan secara maksimal’ tandas Uskup Sensi.

fasilitas Memberi raung tersebut secara khusus, menjadi kantor para pelayan bisa melayani, bukan soal volume fasilitas kita bangun, kantor hadir untuk sebuah pelayanan , tantangan bagi peimpin umat dengan apa adanya sungguh tidak menyiakan-menyiakan terutama meberikan pelayanan secara maksimal. (Humas/Ende/Inggrita Dewi)