Dewasa ini banyak aset budaya daerah yag telah memudar bahkan hilang lenyap ditelan arus globalisasi. Bahkan hampir sebagian besar kalangan masyarakat, khususnya generasi muda yang sudah tidak mengenal lagi warisan budaya para leluhur sepertihalnya Tarian Naro. Bupati Ende, Marselinus Y. W. Petu mengatakan ini saat membuka kegiatan lomba Naro, bagi kampung adat dalam wilayah Kabupaten Ende di
Halaman Kantor Lurah Onekore. (Minggu, 09/8/15).Menurut Bupati Marsel Petu, saat ini generasi muda lebih banyak mengadopsi tarian-tarian maupun musik luar negeri yang terkadang tidak sesuai dengan budaya masyarakat disini. Dan kondisi ini tentunya menjadi keprihatinan bersama semua pihak.
“Saya katakan ini, karena berangkat dari pengalaman saya saat melakukan kunjungan ke desa-desa, kebanyakan masyarakat khususnya anak-anak menampilkan tarian-tarian yang diadopsi dari luar seperti disco dan sejenisnya, padahal yang kita inginkan bagaimana anak-anak merasa bangga dengan budayanya sendiri,” ujar Bupati Marsel.
Menyikapi fenomena tersebut, demikian Bupati Marsel, maka sudah sepantasnya menjadi tanggung jawab bersama semua pihak untuk bagaimana mengembalikan dan meningkatkan kecintaan masyarakat khususnya generasi muda terhadap budaya daerah sehingga tidak meghilangdan pudar di telan arus globalisasi yang mana tanpa disadari mengakibatkan terjadinya pergeseran-pergeseran nilai.
Ia menuturkan, warisan budaya leluhur sepertihalnya naro ini apabila dikemas dan dikembangkan secara baik dan profesional tentunya akan mempunyai nilai jual tinggi, terutama guna menarik minat wisatawan baik domestik maupun manca negara, dan pada akhirnya berdampak luas pada semua aspek kehidupan, salah satu diantaranya peningkatan ekonomi masyarakat sebagai akibat adanya kunjungan wisatawan.
Ketua Panitia lomba Naro antar kampung adat Marselinus Resi, dalam laporannya mengatakan, tujuan dilaksanakan lomba naro ini adalah selain untuk menghidupkan dan melestarikan kembali adat suku Ende berupa tarian Naro, juga guna membangun solidaritas dan tali persaudaraan antar kampung suku Ende. Tujuan lain kegiatan lomba ini tambahnya lagi, menjadikan agenda lomba naro sebagai aset pariwisata di kampung adat Onekoze khususnya dan Kabupaten Ende pada umumnya.
Lomba Naro ini diikuti, 9 (sembilan) kampung adat suku Ende masing-masing : Kampung adat Onekore, Mbomba, Sokomaki, Kedebodu, Tomberabu, Ndetundora I, Ndetundora II, Rando Tonda dan kampung adat Puubetho. (Humas Ende/ Helen Mey (eln)