Pengembangan
komoditas Kakao di Pulau Flores khususnya Ende, Sikka dan Nagekeo ditambah
Sumba Barat Daya butuh komitmen bersama
pemerintah daerah di Kabupaten ini. Komitmen ini dimaksudkan agar adanya
kesamaan persepsi untuk mengembangkan komoditi dalam konsep kewilayahaan,
sehingga menghindari adanya ego sector
masing-masing daerah dalam mengembangkan Kakao .
Menurut
Bambang, untuk menghindari ego sector
dari masing-masing pemerintah daerah, maka pertemuan seperti ini sangat penting, dimana pada moment ini pemerintah
daerah akan membangun kesepahaman bersama bagaimana upaya yang mesti dilakukan
agar produksi komoditi Kakao untuk
wilayah ini semakin meningkat.
Dukungan dan
kerjasama dari masing-masing pemerintah daerah kata Bambang akan sangat membantu progam Millenium Challenge
Account Indonesia (MCA-I) dapat berhasil
terutama dalam upaya meningkatkan produksi pertanian sehingga petani Kakao akan
semakin sejahtera khusus dari sisi perekonomian.
Dalam kaitan
dengan proyek kemakmuran hijau demikian Bambang, saat ini sudah dibentuk tim
koordinasi kemakmuran hijau di tingkat Kabupaten. Tim koordinasi ini kata
Bambang terdiri 3 (tiga) unsure penting yaitu Pemerintah daerah, masyarakat dan
pihak swasta dan bekerja selama 3 tahun sesuai lamanya program MCA-I sampai tahun 2018. Kerja Tim ini menurutnya
lagi, dalam bentuk unit kerja atau Pokja sehingga menjadi sebuah kekuatan besar
untuk mengembangkan komoditi Kakao di wilayah sasaran.
Ia menjelaskan
peran dan tanggung jawab Pemda pada program MCA-I ini adalah melakukan
monitoring dan evaluasi pengendalian dan kemudian untuk mensinergikan kegiatan
khususnya Kakao lestari.
Ia berharap Tim
Koordinasi proyek kemakmuran di tiga Kabupaten ditambah Sumba Barat Daya harus
meningkatkan kinerjanya dan saling koordinasi sehingga pihak provinsi ketika melakukan
koordinasi untuk proyek kemakmuran ini menjadi lebih mudah dan tepat sasaran(Humas Ende/ Helen Mei (eln) ).