Komoditas kakao
merupakan satu dari tujuh komoditas unggulan daerah Kabupaten Ende. Penetapan Kakao sebagai komoditas unggulan
daerah ini tersaji dalam Dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2014-2015.
Menurut
Bupati Marsel, indicator meningkatnya
produksi tanaman Kakao yang diintervensi melalui program peningkatan produksi
perkebunan dan peningkatan penerapan teknologi perkebunan merupakan ukuran
kinerja utama dalam lima tahunan dimaksud.
Daya dukung dari
pihak Millenium Challenge Account
Indonesia (MCA-I) untuk menyiapkan sejumlah dana dalam menumbuhkembangkan
komoditas kakao, kata Bupati, tentunya akan memberikan spirit dan keyakinan bahwa
indicator produktivitas tanaman Kakao akan tercapai sesuai presentase pada
periode akhir RPJMD Kabupaten Ende.
Bupati mengakui,
perkembangan komoditas Kakao di daerahpun juga berhadapan dengan beragam
masalah, sekalipun intervensi untuk meningkatkan produktivitas komoditas kakao
telah disediakan melalui pembiayaan APBD Kabupaten Ende maupun pemerintah pusat
melalui Gernas Kakao.
Ia menuturkan,
permasalahan teknis lapangan antara lain
belum maksimalnya perhatian petani sejak pemilihan bibit tanaman sampai pada budidaya tanaman maupun
pendampingan yang belum memadai dari SKPD
teknis sehingga produktivitasnya belum menunjukan hasil yang signifikan. “Memang harus kita akui,
dalam mengembangkan komoditas kakao di wilayah kita ini banyak sekali masalah
yang kita hadapi, salah satu permasalahan kita bahwa belum maksimalnya
perhatian petani Kakao kita sejak pemilihan bibit sampai pada budidaya tanaman
, selain itu pendampingan SKPD terkait belum memadai juga menjadi persoalan kita
sehingga sampai saat ini produktivitas kakao kita belum menunjukan hasil yang
signifikan”ujarnya.
Ia juga menjelaskan,
selama ini lembaga Swis Contact dengan kekuatan pendampingan teknis dan
memiliki jejaring pasar telah melakukan
pendampingan kepada petani dalam upaya
mengatasi permasalahan penanganan
komoditas kakao di Ende. Pendampingan
yang diberikan lembaga ini dengan membantu memberikan edukasi dan
pemahaman kepada petani bahwa kakao meupakan salah satu pasar komoditas dunia.
Keberpihakkan Swiscontact yang sangat dirasakan petani tambahnya lagi, ketika berhasil memfasilitasi komoditas kakao
sesuai kualitas. Kesempatan tersebut telah mendorong petani kakao untuk
memperbaiki dan menghasilkan nilai jual sesuai tuntutan pasar. Tetapi kondisi
tersebut tidak berlangsung lama.
Kehadiran MCA-I
ini selain merupakan jawaban atas kerinduan petani kakao juga membawa angin
segar bagi pemerintah daerah, karena dari berbagai diskusi yang telah diikuti
pemerintah daerah, bahwa adanya jaminan dari pihak program untuk memfasilitasi
pendampingan teknis budidaya dan pemasaran komoditas Kakao yang dihasilkan
petani. (Humas Ende/Helen Mei (eln)
).