Dalam mencermati situasi Nasional saat ini, maka diingatkan kepada semua anak bangsa bahwa kita ini adalah Indoensia. Dengan pluralistik yang dimiliki wajib kita sadari bahwa kita semua jangan jadikan Kristen Yahuni, Jangan Jadi Islam Arab, Jangan Jadi Hindu India, tapi kita semua adalah Kristen, Khatolik, Islam, Hindu, orang Indonesia. Hal ini ditegaskan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya saat tampil sebagai pembicara dalam dialog interaktif yang digelar RRI Ende menyambut Hari Lahir Pancasila,1 Juni 2017 di Taman Renungan Soekarno Ende, Kamis(1/6).
Dikatakan Lebu Raya bahwa bangsa ini adalah bangsa yang plural, bangsa yang majemuk, bangsa yang terpilih dari keaneka ragaman. Kalau bicara tentang NKRI maka kita harus memilih keanekaragaman kita, dimana kita harus saling menghormati satu dengan yang lain. “Kalau Bung Karno bilang, bahwa bangsa ini bertuhan, tapi semua orang menyembah tuhannya dengan caranya sendiri-sendiri. Bung Karno juga mengingatkan kepada kita bahwa kalau mau jadi Kristen jangan jadi Yahudi, kalau mau jadi Islam jangan jadi Arab, kalau mau jadi Hindu jangan jadi India, maka jadinya Kristen, Khatolik, Islam, Hindu Indonesia, berkepribadian Indonesia, nilai-nilai ini sudah diingatkan sejak dulu kala dan harus kita ajarkan secara terus menerus kepada seluruh anak bangsa,”kata Lebu Raya.
Lebih jauh Gubernur yang dikenal dengan program Anggur Merah tersebut mengatakan, masyarakat NTT harus mengambil langkah tegas, dan pemerintah Provinsi NTT bersama seluruh kabupaten kota seluruh NTT bersama seluruh forkompinda dan masyarakatnya telah menyatakan setia kepada NKRI, setia pada Pancasila dan UUD 1945 dan menghormati keanekaragaman. Sikap tegas berikutnya adalah menolak seluruh kegiatan atau ormas radikal. “Radikalisme dan terorisme kita tolak dan mendukung pemerintah pusat untuk membubarkan dan melarang ormas-ormas radikal lainnya yang berhaluan anti pancasila. Kita pernah melarang PKI menjadi partai terlarang di negeri ini, kenapa kita tidak melarang organisasi lainnya berideologi lain apalagi yang mau mengganti pancasila. Saya mengajak seluruh masyarakat NTT untuk menjadi benteng yang kokoh untuk menjaga dan mempertahankan dan mengawal pancasila sebagai ideologi bangsa,”tegasnya.
Berkenaan dengan penetapan Bulan Juni sebagai Bulan Soekarno oleh pemerintah NTT, dan bukan Bulan Pancasila, hal itu dikarenakan ada tiga peristiwa penting berkenaan dengan Soekarno. “Memang saya sengaja menyebut Bulan Bung Karno, karena di Bulan Juni ada tiga tanggal penting berkaitan dengan Bung Karno; tanggal 1 juni hari lahirnya Pancasila, tanggal 6 juni hari lahirnya Bung Karno, tanggal 21 juni hari wafatnya Bung Karno. Karena itu ini, saya cenderung menyebutnya sebagai Bulan Bung Karno,”pintanya.
Untuk menyongsong Bulan Bung Karno ini ada rangkaian kegiatan Bulan Bung Karno mulai dari parade kebangsaan, ada parade laut, darat. Setelah itu malam renungan, dan rangkaian kegiatan lainnya yang akan lakukan setiap tahun. “Tugas kita mengingatkan semua orang, untuk jaga NKRI, untuk jaga pancasila, menjaga UUD 1945, dan semua saling menghormati sebagai bangsa yang berbhineka tunggal ika.
Bupati Ende, Ir. Marselinus Y.W Petu dalam kesempatan yang sama mengatakan, Ende sebagai Kota Pancasila, maka tanggung jawab pemerintah daerah adalah tetap menumbuh kembangkan semangat-semangat pancasila. “ketika Bung Karno diasingkan di Ende, sebetulnya ada sebuah susasana batin, phsikis yang sangat-sangat droup yang dialami Bung Karno waktu itu. Ada rasa putus asa, putus harapan bahkan putus segala-galanya termasuk komunikasi, sehingga beliau merasakan daerah ini menjadi daerah yang sangat terisolir buat beliau. Tetapi keberadaan Bung Karno kala itu, bagaimana bumi persada tanah Ende telah mengangkat ketidak-berdayaan Bung Karno waktu itu, beliau mengatakan bahwa ditempat inilah, masyarakat Ende telah mengangkat dirinya dari debu tanah, dan masyarakat Ende telah mengurapi beliau dari kulit batu, kemudian 7 tahun berikutnya beliau menjadi proklamator bangsa,”kisah Bupati Marsel mengulas.
Untuk itu, Bupati Marsel meminta dengan digelarnya kegiatan Parade Kebangsaan dengan Thema "Pancasila Rumah Kita dari Ende untuk Indonesia", maka siapapun juga warga bangsa ini harus tetap sadar dan tau serta ingat akan pesan Soekarno. “jangan pernah sekali-kali melupakan sejarah, datanglah ke Ende untuk menemukan nilai-nilai kebangsaan itu, datanglah ke Ende untuk mendapatkan nilai-nilai toleransi,”kata Bupati Marsel seraya meminta untuk menjaga situasi bangsa kita ini tetap aman, stabil dan damai sehingga kita bisa dapat melaksanakan tugas dan pembangunan dengan baik.
Bupati Marsel juga meminta kepada bapak-bapak pemerintah mulai dari bapak presiden, para menteri, para anggota DPR RI, bapak gubernur, untuk memperhatikan Ende sebagai Kota Sejarah. “Saya rasa sebagai bupati tentu kita memiliki kebanggaan apabila sebagai presiden , sebagai menteri, sebagai gubernur sungguh memperhatikan dan membangun kota bersejarah ini, tapi kalau kita jadikan ini hanya sebagai sebuah nilai, hanya mengetahui ini hanya menjadi tempat sejarah tanpa ada esensi perhatian untuk membangun Ende, bagi kami orang Endepun juga tidak menyesal tetapi kami agak sedikit mengatakan ko kenapa kita tidak dengan Ende,”ujar Bupati Marsel berdiplomasi.
Hadir dalam kegiatan dialog interaktif RRI Ende, yang dipandu langsung oleh, Natalia Desiyanti diantaranya, Menteri PDT dan Transmigrasi, Ketua Komis V DPR RI, Fray Francis, Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, Ketua DPRD Propinsi NTT, Anwar Pua Geno, Bupati Ende, Ir. Marselinus Y.W Petu, Wakil Bupati Ende, Drs. Djafar Achmad,MM, Walikota Kupang dan Para Bupati se-NTT, Para Ketua DPRD Kabupaten/Kota Se-NTT, Unsur Forkompinda Prop. NTT dan Unsur Forkompinda Kabupaten/Kota Se-NTT, Para Kepala Desa Se- Kabupaten Ende, Tokoh adat. Tokoh masyarakat, yang ada di Kota Ended an sekitarnya. (robiasrarepi-humassetdaende)