Gereja Katolik di keuskupan-keuskupan se-Flores dalam pengembalaannya selalu mengedepankan pendekatan dari bawah atau akar rumput. Untuk itu gereja katolik di wilayah ini akan selalu setia kepada apa yang telah dirintis para misionaris terutama para pemikir, penggagas melalui gerakan pastoral musyawarah pastoral.
Menurut Uskup Sensi Potokota, Muspas ini menjadi kegiatan partisipasi aktif umat akar rumput dengan pendekatan dari bawah bukan pendekatan dari atas (Top Down) yang biasanya mengandalkan berbagai program maupun proyek. Umat di Keuskupan ini kata Uskup Sensi selalu berupaya menghindari apa yang disebut dengan proyek yang ujung-ujungnya membangun mental proyek.
“Memang kami inginkan pendekatan yang kami bangun adalah pendekatan dari bawah bukan top down, yang biasanya hanya mengandalkan program atau proyek. Dan kami selalu berupaya menghindari apa yang disebut dengan proyek yang ujung-ujungnya membangun mental proyek”, tegas uskup Sensi.
Muspas demikian Uskup Sensi, adalah sebuah gerakan pastoral di Keuskupam Agung Ende yang berupaya melalui pendekatan-pendekatan dengan selalu menghargai partisipasi umat sebagai subyek.
Uskup menuturkan, umat diberikan kesempatan seluas-luasnya agar umat merasa sebagai bagian dari apapun yang terjadi selama penggembalaan gereja di keuskupan ini. Terlepas dari keterbatasan-keterbatasan itu katanya lagi, pihak gereja akan selalu konsekuen dengan tetap melibatkan umat sebagai subyek.
Ia megakui, dalam melaksanakan kegiatan sebesar muspas ini sejak persiapan hingga pelaksanaan memang tidak gampang. Namun apabila semua pihak baik itu gereja maupun umat bekerja sama maka semuanya bisa berjalan lancar.
Ia meyakini apabila selama pelaksanaan Muspas semua pihak menempatkan dan membicarakan kebutuhan-kebutuhan dan keprihatinan umat pada tempat yang pertama maka program-program yang dilaksanakan maupun nantinya dihasilkan dalam pelakanaan Muspas ini, kiranya merupakan program-program yang merupakan milik, kemauan dan harapan umat.
Ia berharap, semua peserta Muspas untuk belajar saling mendengarkan dan menghargai satu sama lain dan pihak gereja harapnya lagi, harus mendengarkan ungkapan dari wakil-wakil umat dari setiap paroki dengan penuh rasa tanggung jawab tentu saja dengan inspirasi kearian dan hikmad kebijaksanaan Tuhan sendiri. (Humas Ende, Helen Mei (eln))