Dialog kebudayaan yang dilaksanakan saat ini memiliki dampak strategis dan penting, karena saat ini masyarakat dihadapkan pada arus globalisasi dan dampak ikutannya, seperti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Apabila ini tidak disikapi secara baik maka dikuatirkan akan dapat melunturkan bahkan menghilangkan jati diri dan karakter daerah suatu bangsa.
Menurut gubernur Leburaya, pelaksanaan dialog kebudayaan ini diharapkan kepada para pemangku kepentingan baik itu pemerintah, para pelaku dan pemerhati budaya dapat bersinergi bahu membahu mempertahankan karakter dan jati diri daerah atau bangsa sehingga tidak terjajah oleh kebudayaan dari luar yag tidak sesuai dengan identitas luhur serta adat ketimuran.
Dialog kebudayaan atau silahturhmi raja-raja ini juga kata Leburaya, bertujuan untuk melestarikan warisan budaya yang beranekaragam di wilayah ini bagi pengembangan budaya daerah khususnya Nusa Tenggara Timur, menuju ketahanan budaya bangsa, maka perlu adanya kesamaan pikiran dan pemahaman tentang budaya daerah dan budaya bangsa itu sendiri.
Ia menuturkan, sebagai suatu bangsa semua komponen masyarakat menyadari sepenuhnya bahwa bhineka tunggal ika yang dimiliki bangsa Indonesia tidak semata-mata berbicara tentang keberagaman semata tetapi lebih daripada itu identik dengan kemajuan dalam masyarakat sehingga keberagaman budaya dalam bingkai negara kesatuan haruslah menjadi wujud dalam aspek agama, sosila buaya , ekonomi, hukum politik dan ekspresi seni yang mengandung kearfian lokal sekaligus merupakan modal sosial dalam mendorong pembangunan yang berkeadilan.
“Kita menyadari Bhineka Tunggal Ika yang kita miliki tidak semata-mata bicara tentang keberagaman tetapi lebih dari itu identik dengan kemajuan masyarakat, sehingga keberagaman ini haruslah kita wujudkan dalam aspek agama, sosial budaya, ekonomi, hukum dan ekspresi yang mengandung kearifan lokal, karena iu semua adalah modal sosial yang juga mendorong pembangunan berkeadilan”,ujarnya. (Florida Afhny – Florida Afhny).