Berdasarkan data indeks resiko bencana Indonesia (IRBI ) BNPB tahun 2013, Kabupate Ende berada pada urutan kedua dari seluruh Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan kelas resiko tinggi pada skor indeks sebesar 186. Bupati Ende, Marselinus Y. W. Petu mengatakan ini, saat mebuka kegiatan Workshop Pengintegrasian Rencana Mitigasi Bencana pada Institusi Pemerintah Daerah Kabupaten Ende di aula Peertemuan Lantai 2 Kantor Bupati, Jln. Eltari (Jumat,5/8).
Menurut Bupati Marsel Petu, Potensi ancaman yang menimbulkan bencana didominiasi oleh bencana-bencana yang terjadi sering menimbulkan korban jiwa, pengungsian, kerusakan aset serta kerugian harta benda, bahkan berimbas pula pada lumpuhnya kegiatan sosial dan perekonomian.
Bencana demikian Bupati Marsel, tidak hanya disebabkan oleh alam semata, namun merupakan kombinasi dari berbagai resiko bahaya, kondisi kerentanan, ketidakmampuan atau kelemahan kemampuan bertindak untuk mengurangi potensi konsekuensi negatif yang ada. Kenyataannya, pilihan pembangunan kata Bupati, justru dapat menciptakan kondisi dimana resiko bahaya berkembang menjadi bencana.
Jelasnya, akhir-akhir ini bencana bukan lagi dilihat dari sebab musababnya saja namun dititikberatkan pada dampak yang ditimbulkannya. Terkait dengan hal tersebut, terjadi perubahan paradigma penanganan bencana di indonesia dari responsif (tanggap darurat) ke arah preventif (pengurangan resiko bencana).
Penanggulangan bencana jelasnya lagi, menjadi upaya menyeluruh dan proaktif dimulai pada tahap sebelum (pra), tanggap darurat (saat), serta rehabilitasi dan rekonstruksi (pasca) bencana, sesuai amanat UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Kondisi yang ada selama ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana serta diperburuk dengan kurangnya pengetahuan aparatur pemerintah, menyebabkan besarnya korban jiwa ataupun kerugian materi akibat bencana. Pengurangan risiko bencana merupakan kegiatan mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan dalam menghadapi bencana.
Ia berharap, perlu dilakukan upaya - upaya pencegahan dan kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana serta peningkatan kapasitas masyarakat dan mengurangi tingkat kerentanannya, yang sejalan dengan adanya pergeseran paradigma penanggulangan bencana. (Humas Ende/Helen Mei (eln))