Berdasarkan data kesehatan lingkungan puskesmas Nangapanda tahun 2014 periode Januari sampai dengan Desember penyakit ISPA menempati urutan pertama dengan 3085 kasus, Malaria 465 kasus, Diare 276 kasus, kulit 171 kasus dan kecacingan 43 kasus.
Menurut Wiku, tingginya angka kasus ISPA ini, salah satu faktor penyebabnya adalah keadaan geografis kecamatan ini yang merupakan wilayah pesisir, pegunungan serta banyak terdapat daerah aliran sungai yang menjadi tempat perindukan vector nyamuk dan lalat.
Kegiatan STBM ini kata Wiku, merupakan kegiatan yang sangat penting, mengingat kegiatan ini sebagai upaya pendekatan guna mengubah perilaku hygiene dann sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM ini setidaknya dapat menurunkan kasus ISPA dan penyakit-penyakit lainnya yang ada di kecamatan Nangapanda.
Ia menuturkan, pendekatan STBM ini melibatkan masyarakat baik secara individu, rumah tangga maupun kelompok masyarakat, karena pada kegiatan ini masyarakatlah sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam rangka menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat guna memecahkan berbagai persoalan terkait peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan serta menjamin keberlanjutan STBM dengan 5 pilarnya. ”Dalam STBM ini masyarakatlah yang memegang peran penting dan bertanggung jawab untuk memecahkan berbagai persoalan kesehatan”, ujarnya.
Ia menambahkan, berkat kerja keras dan komitmen masyarakat untuk merubah perilaku hidup sehat dalam perilaku STBM maka banyak manfaat yang diperoleh masyarakat seperti mulai meningkatnya budaya hidup sehat, gotong royong serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pembangunan kesehatan, seperti membangun sanitasi secara mandiri sebanyak 1025 unit. (Humas Ende/Helen Mei (eln)).